Senin, 22 September 2008

Berkumpul, Bergerombol....

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat bertemu dengan ADAM. Satu diantara kolega saya yang beberapa saat terakhir 'terpaksa' harus berurusan dengan tempatnya bekerja.

"Aku bingung memilih dua pilihan yang menurutku sama-sama tidak mengenakkan. Bukan persoalan apa-apa, pilihan itu sama-sama tidak memberikan apa-apa, minimal kepuasan buat aku. Kalau aku kembali tetapi tidak tahu pasti apa yang harus aku kerjakan, percuma. Katanya kawan-kawan yang masih bertahan, sekarang ini memang lebih banyak tidak melakukan apa-apa. Pilihan lainnya, aku diberhentikan lantaran efisiensi. Lho kok....," ujar ADAM.

Sampai saat ini, persoalan ADAM dan persoalan HENDRO memang tepisah. Sengaja tidak disatukan atau memang terpisah yang pasti masing-masing harus dihadapi dan ditindaklanjuti oleh Suarasurabaya Media.

Kalau dulu, dulu sekali, 'eksekusi' terhadap AGUNG, YUSUF KIKI atau yang lainnya, yang sudah terlebih dulu meninggalkan Suarasurabaya Media, sangat smooth, atau boleh dibilang lancar, sekarang tidak.

Untuk ngurusi eksekusi-nya HENDRO 'terpaksa' Suarasurabaya Media harus terekspos media lain. Tapi mungkin itu memang resiko, toh jarang-jarang perusahaan ini diekspos oleh media lain di Kota Surabaya ini.

Lebih dari itu, sebenarnya harus ada kebijakan lebih wise dalam rangka munculnya persoalan-persoalan seperti yang dialami oleh ADAM atau HENDRO atau mungkin kawan-kawan lainnya di Suarasurabaya Media.

Menurut saya, keberadaan lembaga, institusi, perkumpulan, afiliasi, gerombolan atau apapun sebutannya untuk ikut memperjuangkan, menyuarakan atau berposisi sebagai mediator antara para pekerja dengan perusahaan, mutlak, sekali lagi mutlak diperlukan. Bagaimana kawan-kawanku??.(gong)

Rabu, 17 September 2008

Zakat!!!!

Dengan mengatasnamakan kegiatan yang dikehendaki agama, Zakat, maka 21 nyawa melayang di Pasuruan. Rasa sedih, berduka, atau entah apa lagi membuat saya tak bisa berkata-kata lagi. Rasanya,.....
zakat!!!
zakat!!!
zakat!!!
zakat!!!
zakat!!!
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........(gong)

Senin, 15 September 2008

Duka Mendalam


Senin (15/09) sekurangnya 21 warga Pasuruan tewas mengenaskan dalam sebuah antrian untuk mendapatkan sedekah dari H. SYAIKON seorang tokoh masyarakat, yang setiap tahun saat Ramadhan memang membagikan amplop-amplop berisi uang kepada masyarakat. Mereka yang menjadi korban dan tewas dalam insiden Senin (15/09) siang itu, rata-rata akibat kekurangan oksigen dan terinjak-injak oleh sesama warga masyarakat yang ikut dalam antrian. Mereka yang meninggal itu hampir seluruhnya perempuan.


Seorang Ibu yang selamat dari antrian 'maut' itu, kepada sebuah stasiun tv swasta, mengaku tubuhnya naik keatas dan kakinya tidak lagi menginjak tanah. Lalu pandangan matanya gelap....


Lagi-lagi prosesi kematian yang menyedihkan dengan pemicu kemiskinan!!!!

(Kenapa ya HABIB RIZIQ dan gerombolannya nggak ikut mencegah hal-hal seperti itu agar tidak terjadi??? Oh ya ding beliau masih ditahan...).(Foto: detiksurabaya.net)(gong)

Sabtu, 13 September 2008

Man to Man Marking

Ada orang yang dengan keberaniannya, serta tekadnya yang membaja, ingin meraih sebuah posisi, dengan cara-cara yang tidak etis. Tidak menggunakan cara-cara persaingan atau kompetisi yang sehat, yang elegan. Saling beradu pintar, beradu ide, beradu keterampilan.

Tetapi justru dengan menjatuhkan lawan melalui aksi-aksi yang hanya menguntungkan sepihak. Kalau meminjam istilah jaman pergerakan G 30 September, aksi-aksi sepihak. itu ada dan dilakukan oleh orang-orang tertentu.

"Kemampuan man to man marking -nya hebat. Membuat lawan menjadi tidak berdaya sebelum melakukan perlawanan. Ini luar biasa sekali. Kemampuan menjatuhkan lawan dalam posisi jarak dekat tanpa menggerakkan bagian tubuh. Luar biasa sekali toh!!" kata seorang kawan saya.

Biasanya, istilah man to man marking digunakan dalam sepak bola, ketika seseorang dengan sangat ulet membuat lawannya menjadi tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan menghindar atau berkelit, menengok saja tidak diberi kesempatan.

Lalu, apa hubungannya dengan pencapaian prestasi seseorang?? Dengan kemampuan untuk melakukan man to man marking, seseorang yang memang berambisi untuk menjatuhkan lawan dengan cara-cara keji, sangat memanfaatkan itu......

Segala gerak gerik diawasi, segala aktivitas diteliti, bahkan bila perlu menanyakan kepada kolega lain tentang keberadaan kita. Sebuah cara-cara keji melakukan pembunuhan karakter seseorang.

"Apa komentar kamu kalau seandainya ada orang, kelewat menjengkelkan, terlalu bodoh, tidak santun, tanpa prestasi tetapi selalu beruntung. Dan cilakanya lagi orang itu adalah atasan kamu. Apa yang kamu perbuat???" tanya kawan saya itu.

Saya bingung....Apa ada orang seperti itu???(gong)

Kamis, 11 September 2008

Jangan-jangan....Jangan-jangan


Kok tiba-tiba naluri intelejen saya (...maklum dulu jaman kuliah sempat mendapat didikan sebagai intelejen untuk menjadi spion direzim pergolakan mahasiswa diera Soeharto...) mengatakan sesuatu yang berbeda, ada indikasi persoalan lain yang lebih urgen, dari persoalan HENDRO DWIJO LAKSONO melawan Suarasurabaya Media.
Ini riil. Coba kawan-kawan pahami dengan logika sederhana. Kalau ditelisik sejak awal, sejak awal, sekali lagi sejak awal dulu, ... siapa orang pertama yang melaporkan bahwa HENDRO dianggap melakukan kesalahan dengan tuduhan membahayakan perusahaan lantaran mengerjakan sesuatu yang kemungkinan mengandung unsur berbenturan dengan core business perusahaan tempatnya bekerja?
Bahkan sampai muncul istilah KPK (Kelompok Pemeriksa Komputer), ketika personal komputer yang biasa digunakan HENDRO mengerjakan tugasnya, harus diaudit?? Siapa orang yang memerintahkan itu??
Dan ketika pertemuan bipartit berlangsung di wilayah Suarasurabaya Media baru-baru ini, mengapa justru hanya ROMI FEBRIANSYAH yang harus menghadapi HENDRO DWIJO LAKSONO???
Saya sempat mendengar cerita dari HENDRO sebelum berlangsungnya pertemuan-pertemuan atau dengan kata lain pemanggilan dirinya, bahwa ROMI tidak mampu menjelaskan kesalahan secara rinci yang sudah dilakukan HENDRO. Bahkan berulangkali HENDRO meminta ROMI untuk menjelaskan kembali kesalahan apa yang sebenar-benarnya sudah dilakukan HENDRO sehingga dianggap membahayakan perusahaan.
Bisa jadi, menurut saya, berdasarkan pengalaman sebagai mantan orang yang pernah mendapat latihan intelejen, ROMI FEBRIANSYAH tidak dapat menjelaskan itu. "Karena sejatinya ROMI tidak tahu persis duduk persoalan sebenarnya!!!" tegas HENDRO. Seharusnya adalah orang pertama yang menimpahkan kesalahan itulah yang bisa menjelaskan secara rinci dan detil apa sebenarnya kesalahan yang sudah dilakukan HENDRO!!!
"Kalau begitu, bisa jadi ROMI FEBRIANSYAH cuma jadi eksekutor saja, tanpa tahu duduk persoalan yang sebenarnya dong?? Wah kasihan juga kalau ROMI kemudian dianggap tidak mampu mengeksekusi HENDRO. Bisa saja ROMI dianggap gagal mengemban tugas dari perusahaan. Jangan-jangan ini ada konspirasi busuk untuk menggoyang posisi ROMI yang memang tergolong luar biasa.....Waduuuhhh...jadi ingat jaman pergerakan dulu nih," gumam saya dalam hati.
Kalau benar analisa saya, jangan-jangan kasus HENDRO DWIJO LAKSONO melawan perusahaan tempatnya dulu bekerja ini, merupakan sebuah grand design pihak-pihak tertentu yang merasa posisi dan kedudukannya tidak aman, atas kehadiran HENDRO.
Namun demikian bisa jadi HENDRO sekedar target antara saja, sedangkan bahaya latent sesungguhnya adalah menggoyang bahkan mungkin menjatuhkan ROMI karena dianggap terlalu cepat 'menduduki' jabatan yang luar biasa, Direktur Keuangan. Sekedar mengingatkan, ROMI belum lima tahun bekerja di Suarasurabaya Media, tetapi dengan cantik dan elegan bisa langsung menduduki posisi itu. Jangan-jangan.....Jangan-jangan....Jangan-jangan...jangan-jangan...(gong)

'Kesalahan Berat'

Perundingan Bipartit 2 antara Manajemen Suara Surabaya Media dengan HENDRO D. LAKSONO, dalam kasus sengketa perburuhan, berakhir tanpa keputusan apa-apa alias buntu. Manajemen Suara Surabaya Media tetap menuduh HENDRO telah melakukan “kesalahan berat” dan pantas untuk di-PHK. Sementara HENDRO merasa tuduhan itu tidak jelas.

Dalam pertemuan itu, Manajemen Suara Surabaya Media yang diwakili Direktur Umum dan Keuangan ROMI FEBRIANSYAH kembali menegaskan bahwa HENDRO telah terindikasi melakukan aktifitas lain yang bertabrakan dengan core bisnis PT. Radio Fiskaria Jaya Suara Surabaya atau Suara Surabaya Media. “HENDRO punya usaha sejak tahun 2002, sebelum masuk SS, dan itu kami (manajemen SS) anggap sebagai kesalahan berat,” kata ROMI. Karena itulah, Manajemen SS Media mengangap HENDRO layak untuk di-PHK atau mengundurkan diri dari jabatannya.

HENDRO yang dalam perundingan itu didampingi oleh IMAN D. NUGROHO, Sekretaris 1 AJI Surabaya hanya tersenyum, sembari meminta ROMI menjelaskan apa definisi kesalahan berat yang bertabrakan dengan core bisnis SS Media itu. “Apa saya membuat lembaga broadcasting baru, karena secara legal formal, core bisnis SS Media adalah radio Suara Surabaya?” tanya HENDRO.

ROMI tergagap. “Bukan itu, tapi lembaga penerbitan,” jawab ROMI sembari menjelaskan bahwa keputusan itu diambil setelah tiga direksi SS Media, ERROL JONATHANS, WAHYU WIDODO, GATI IRAWARMAN, HERRU SHOLEH dan ROMI sendiri.

Jawaban ini tergolong “aneh”. Keanehan pertama adalah “pelanggaran berat” yang dituduhkan ke HENDRO tidak terdifinisi dengan pasti. Termasuk jenis media apa yang pernah diterbitkan dan dianggap bertabrakan dengan core business SS Media. Apalagi dalam sejarahnya, PT. Radio Fiskaria Jaya Suara Surabaya yang mengudara sejak 11 Juni 1983 ini dalam perkembangannya “hanya” melebarkan sayap pada dunia broadcasting dan online (SuaraSurabaya.net) semata. Kalau toh ada media massa jenis cetak, bernama Majalah Mossaik, sudah berhenti terbit pada pertengahan 2006.

“Pertanyaan saya belum terjawab, mana core business yang saya langgar? Apakah saya punya radio baru, atau punya radio dengan portal berita baru atau mendirikan majalah seperti Mossaik?” tanya HENDRO. Lagi-lagi ROMI tergagap. ROMI tetap bersikukuh bahwa “pelanggaran berat”, sesuai keputusan direksi SS Media telah terindikasi dilakukan HENDRO. “Mungkin kita berbeda persepsi, karena itulah SS Media membawa kasus ini ke Disnaker Surabaya,” jelasnya.

Sementara itu, IMAN D. NUGROHO yang diberi kesempatan bicara menekankan adanya penyelesaian yang adil dalam kasus SS Media –HENDRO D. LAKSONO. IMAN menyayangkan ketidakhadiran dua direktur lain yang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah ini. “Kalau Direktur Operasional ERROL JONATHANS dan Direktur Marketing WAHYU WIDODO bahkan Direktur Utama SUTOJO SOEKOMIHARDJO hadir, mungkin persoalannya jadi lebih cepat menemukan solusi,” kata IMAN.(dari AJI Surabaya)

Rabu, 10 September 2008

Bukan Pengambil Keputusan

Entahlah kalau pertemuan yang digelar Rabu (10/09) petang di gedung baru Suarasurabaya Media, antara HENDRO DWIJO LAKSONO mantan Chief Editor Majalah Mossaik dengan manajemen Suarasurabaya Media, memang sudah diskenariokan hasilnya.

Maksud saya, HENDRO yang didampingi IMAN DWIANTO dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, harus dihadapkan dengan sosok yang mewakili manajemen Suarasurabaya Media, namun tidak sedikitpun punya kewenangan untuk membuat keputusan.

Rasanya seperti berbicara dengan batu atau tembok, karena tidak ada timbal balik yang menyiratkan sebuah kemajuan. "Namanya saja pertemuan Bipartit. Paling tidak terjadi dialog disitu. Bukan malah hanya satu arah saja. Ini nggak bermanfaat. Hanya sekedar memenuhi ketentuan saja," kata IMAN waktu saya tanya.

Pada pertemuan sebelumnya, jajaran 'orang penting' Suarasurabaya Media hadir menghadapi HENDRO yang didampingi AJI Surabaya dan LBH Surabaya. Dari pertemuan itu diisyaratkan bakal digelar lagi pertemuan serupa. Tapi ternyata pertemuan yang dijadwalkan berlangsung Rabu (10/09) petang itu hanya dihadiri ROMMY FEBRIANSYAH Direktur Administrasi....Obligasi...Intervensi....Provisi....entahlah apa lagi....soalnya saya juga baru dengar jabatan Direktur Administrasi etc,etc,etc....itu.

Pertanyaan saya, kemana jajaran 'orang-orang penting' itu? Apakah untuk mengeksekusi HENDRO cukup dengan menunjuk ROMMY? Kalau benar suarasurabaya media tidak pernah memecat orang atau karyawannya, tetapi membuat orang atau karyawannya seolah bukan manusia yang layak dan patut untuk diorangkan adalah pilihan sah atas penolakan sebuah pemecatan tadi??

Tiba-tiba perut saya muleeessss........(gong)

Senin, 08 September 2008

Jl. Keputran

Sebenarnya, kejadian itu sudah terjadi beberapa waktu lalu. Sebelum memasuki bulan Ramadhan. Saya yang memang lebih banyak berada diluar kantor, ketika itu sedang berada dikawasan Jl. Keputran. Sebuah kawasan lama Kota Surabaya, yang sebelumnya dihuni banyak warga Tionghoa, lengkap dengan toko kelontongnya.

"Disini, ada gedung bioskop. Diujung belokan sana juga ada gedung bioskop. Didepan ini, deretan ini, ada toko-toko, berbagai barang ada. Dan dipojok sana dekat Jl. Urip Sumoharjo persis menuju kawasan ini, ada hotel Olympic. Kawasan ini selalu ramai. Apalagi kalau akhir pekan. Ramaiiii....," ujar laki-laki yang baru saya kenal siang itu.

Umurnya lebih 60 tahun, kerut wajahnya, terlihat jelas. Rambutnya yang dibiarkan panjang, sebahu, sudah memutih. Pakaiannya yang serba putih mengingatkan saya pada seorang kawan seniman yang juga suka mengenakan pakaian serba putih, meski rambutnya masih hitam legam.

Sesekali matanya menerawang ke ujung jalan. Sejurus kemudian laki-laki bermata sipit ini menghisap kretek ditangannya dalam-dalam. Lalu menghembuskan asap putih itu keudara. Nikmat sekali sepertinya. "Sekarang, semuanya sudah berubah. Dua gedung bioskop itu sudah tidak ada. Deretan toko-toko kelontong disana juga tidak ada. Kalaupun ada, itu hanya sekedar bertahan dan meneruskan warisan leluhur mereka," katanya.

Sebentar lagi, masih kata laki-laki berambut putih dan bermata sipit itu, mungkin bangunan-bangunan lama yang ada di Jl. Keputran bakal rata dengan tanah. Tidak ada lagi rumah benteng milik keluarga Hong, atau toko kelontong dan agen minyak tanah keluarga Tan. Semuanya pasti akan hilang.

"Kalau memang tidak bisa dipertahankan lagi, apakah harus dihilangkan? Khan masih bisa direkonstruksi, diperbaharui, atau dibangun ulang. Tapi itu juga tergantung pada mereka yang mengambil keputusan," kata laki-laki bermabut putih, bermata sipit yang siang itu mengenakan pakaian serba putih.

Saya tercenung sesaat. Apakah kalau tidak berguna harus dihilangkan?? Pertanyaan itu terus terngiang ditelinga saya.(gong)

Kamis, 04 September 2008

Prestasi Kerja


Kalau prestasi cuma dinilai sebagai kewajiban karena sudah mengabdi pada pemberi gaji, cilaka 13 itu!!! Kemampuan, kapabilitas, kepandaian, ide-ide dan konsep dalam rangka memajukan sebuah perusahaan, akhirnya menjadi semacam jual beli. Berapa Anda menjual kepandaian Anda, perusahaan akan menggaji sesuai dengan harga kepandaian yang diukur dengan nilai-nilai rupiah. Uang. Hitungan uang.

"Wajib hukumnya, kalau sampeyan harus berprestasi. Karena perusahaan sudah memberi gaji tinggi. Bahkan tertinggi diantara perusahaan lainnya. Tapi kalau tidak berprestasi, tolong sampeyan jangan banyak ulah. Nurut saja!! Nggak usah protes-protes!! Apalagi berusaha membuat serikat pekerja. Nggak boleh itu!!!" kata seorang manager dengan mulut sesekali mencang-mencong.
Apa benar prestasi itu bisa diukur secara signifikan dengan gaji yang diterima oleh seorang pekerja?? Kok saya malah bingung. Apakah dengan gaji tinggi, kemudian pekerja wajib berprestasi?? Atau malah sebaliknya?? Berprestasi dulu gaji tinggi menyusul kemudian??
Bagaimana dengan mereka yang tidak berprestasi?? Mungkin saja ada beberapa pekerja yang memilih tidak berprestasi tetapi memiliki apresiasi terhadap kinerja serta kemampuan lebih handal mengadaptasi setiap persoalan atau tugas yang diberikan perusahaan??
Lalu bagiamana juga dengan pekerja yang memilih menjadi oportunis sejati?? Kepada pemimpin yang memegang kekuasaan pekerja tipe ini mengabdi dan menyerahkan hidupnya?? Sesekali, pekerja seperti ini melakukan aksi 'jilat-jilat' atau malah menambah pekerjaan dengan menjadi 'pembisik' sang juragan???
Prestasi bukan segalanya, tetapi segala prestasi tanpa visi.....Mbulet ya??(gong)

Rabu, 03 September 2008

JOMAN vs GATMAN

Saya kira, setiap orang punya hak untuk melakukan perbuatan apa saja. Asal tidak mengganggu orang lain, rasanya sah-sah saja. Kalau apa yang dilakukan itu menyinggung orang lain, kelompok lain, golongan lain, suku lain, ras lain, kira-kira itu yang mesti diperhatikan.

Apakah yang seseorang lakukan itu nantinya membuat orang lain merasa nyaman, merasa senang, atau apapun sebutannya, mungkin tidak jadi persoalan. "Apa yang kamu lakukan itu membuat saya tersinggung. Saya atasan kamu, tetapi kamu berbuat semaumu sendiri. Lalu saya kamu anggap apa?" kata GATMAN.

JOMAN garuk-garuk kepala, meski tak gatal,mendengar hardikan bos-nya itu. "Apa salahku? Apa aku mesti jadi penurut? Seperti kambing congek? Persoalan profesi sudah aku lakukan dengan benar dan sesuai prosedur. Kalau aku disalahkan, lalu salahku apa?" gumam JOMAN dalam hati.

Sembari terkekeh dan menyembunyikan wajahnya, GATMAN bergumam sendiri: "Anak buah harus dibikin seperti itu. Ditekan, dipressing, dibuat nurut, kalau tidak mau, sikat!! Langsung potong!! Jangan sampai kalah wibawa!!!".

Memang itu lebih pada previlage seorang pimpinan. Tetapi menggunakan cara-cara tidak mendidik dan cuma didasari semangat tidak mau kalah, serta sentimen pribadi, rasanya berat juga. Tapi kalau dasarnya, orangnya memang seperti itu, nggak terbuka dan nggak bisa diajak bermain cantik,....Asuuuu !!!(gong)

The Last Supper...




Akankah perjumpaan saya dengan HENDRO DWIJO LAKSONO yang bakal melakukan bipartit dengan Suarasurabaya Media, sebuah perjumpaan akhir ?? Bak perjamuan terakhir, rasa-rasanya hasilnya bisa diduga.... Tapi saya sejak awal meyakini, dan tetap percaya bahwa persoalan yang terjadi sebenarnya terlalu dini untuk diajukan menjadi persoalan hukum. Karena saya melihat, persoalan HENDRO bukan berada diranah hukum, tetapi lebih karena ada latar belakang character assasination terhadap personal.

"Sejak lama HENDRO sudah jadi TO pihak-pihak tertentu. Selain karena tidak mau tunduk pada personal-personal tertentu, HENDRO juga membahayakan hegemoni yang sudah dinikmati oleh personal-personal tertentu itu. Makanya, begitu HENDRO lengah, langsung dieksekusi," kata seorang kawan.

Inilah kenyataan dalam dunia kerja. Pada institusi media sekalipun, dengan produk-produknya yang konon memberikan layanan kepada masyarakat, mengabdi kepada demokratisasi, dan memilih sebagai pembaharu, aksi-aksi sepihak dalam rangka mempertahankan hegemoni, mempertahankan posisi, mempertahankan kenikmatan yang diperoleh dari jualan 'busa', terus berlangsung. Akankah itu awal sebuah perubahan.

Bagi saya, perjamuan dengan orang-orang sejenis dan se ras seperti HENDRO DWIJO LAKSONO tidak pernah berakhir. Bukan sebagai pemuja, tetapi lebih kepada rekan seperjalanan yang berani mengatakan 'tidak' pada tawaran untuk mmbelejeti idealisme dengan kemewahan dan kenikmatan yang tidak abadi.

Kawan-kawan sekalian mau?? Ingin menikmati kemewahan semu?? Mau mengingkari hati nurani?? Membebek pada kebodohan?? Menunggu perjamuan terakhir???...(gong)

HENDRO, Cak ANIS, Kawan Saya


Saya secara pribadi berharap, apa yang terjadi pada HENDRO DWIJO LAKSONO, dan persengketaannya dengan Suarasurabaya Media, merupakan langkah awal kesadaran dari sebuah 'nina bobo' yang selama ini membuat banyak orang di perusahaan itu merasa sudah berada diatas awang-awang.

Berada diatas menara gading yang tak terjamah, the untouchables, yang terbenar....mudah-mudahan saya keliru menilai...karena sejatinya institusi itu adalah tonggak awal seruan demokratisasi yang paling ampuh dan luar biasa berpengaruh di Surabaya, bahkan Jawa Timur....(Cak ANIS pernah bilang pada saya: "He, orang-orang di Istana Negara selalu monitor siaran radio suarasurabaya...)

Tetapi mengapa seiring dengan bertambahnya usia, bertambahnya 'keluarga', bertambahnya energi baru, bertambahnya darah segar, bertambahnya ide-ide, bertambahnya anasir-anasir baru,.... tetapi justru merongrong kegagahan dan kekuatan fundamental yang dimiliki oleh Suarasurabaya Media sendiri.

Biar saja 'tikus-tikus' dan para pencari keuntungan sesaat yang bernaung dan berlindung dibawah nama besar Suarasurabaya Media itu ada. Seiring dengan berjalannya modernisasi sebuah gerakan progresif revolusioner yang merupakan titik awal sebuah perubahan, mereka-mereka yang sekedar mencari keuntungan itu pasti akan tersingkir!!! Percayalah!!! Karena revolusi selalu membutuhkan keringat dan darah!! Bukan cuma tutur kata dan puja-puja kosong belaka!!!!

HENDRO, saya kira punya naluri pembaharu, bukan sekedar menjadi si penurut.
Kawan-kawan, sudah saatnya kita semua punya point of interest, sekaligus tujuan latent yang sama untuk memajukan Suarasurabaya Media. Bukan cuma tujuan sesaat yang hanya mementingkan diri sendiri...(meskipun ada anjuran bahwa setiap orang harus berlomba-lomba untuk menjadi nomor satu, tanpa melihat siapa didepan dan belakang serta samping kiri dan kanannya, pokoknya harus nomor satu !!!)

Seorang kawan pernah menyampaikan pada saya: "Sudah saatnya sampeyan ini maju kedepan untuk menyampaikan ide-ide dan pikiran-pikiran Anda. Biar saja orang lain kesulitan atas usulan kita dan ide-ide kita itu. Yang penting kita sudah maju kedepan dan dilihat para petinggi," kata kawan saya itu. Apa memang harus begitu??.(gong)

Saatnya Kebenaran Itu Muncul

Penyelesaian kasus sengketa perburuhan antara HENDRO DWIJO LAKSONO Chief Editor Majalah Mossaik dengan Suara Surabaya Media terus berlanjut. Setelah Biparti I yang digelar di kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Surabaya akhir Agustus lalu, Bipartit II akan dilaksanakan di kantor Suara Surabaya Media, Jl. Wonokitri Besar 40 C Surabaya, Rabu (10/09) sekitar pukul 15.00 WIB.

Dalam pertemuan itu, HENDRO akan ditemani oleh AJI Surabaya dan LBH Surabaya. Sementara SS Media akan diwakili oleh tim Kuasa Hukum dan ROMMY FEBRIANSYAH Direktur Umum & Administrasi (lho??? ada toh jabatan ini???....). Seperti diketahui Majalah Mossaik bernaung di bawah manajemen SS Media yang juga mengelola radio Suara Surabaya FM.

Seperti diberitakan sebelumnya, sengketa perburuhan antara HENDRO dan SS Media ini berawal dari keinginan SS Media mem-PHK HENDRO dengan alasan tindakan tidak profesional (mendirikan perusahaan di dalam perusahaan). HENDRO menolak tuduhan sepihak dan semena-mena itu, dan meminta SS Media mem-PHK dengan alasan tutupnya Majalah Mossaik. Ganti SS Media yang bersikukuh pada pendiriannya. SS Media kemudian melaporkan kasus ini ke Disnaker Surabaya.

Di dampingi AJI Surabaya dan LBH Surabaya, HENDRO yang sempat diskors oleh SS Media itu meladeni keinginan SS Media untuk menyelesaikan kasus ini melalui Disnaker. Sengketa perburuhan di SS Media memang bukan kali pertama terjadi. "Semoga ini yang terakhir dan tidak ada lagi sengketa perburuhan untuk teman-teman saya di SS Media maupun di perusahaan lain yang memposisikan buruh dengan tidak adil," kata HENDRO.(gong)

Selasa, 02 September 2008

Was...Wes...Wos...

Saya punya teman. Laki-laki. Pintar, cerdas dan jago melobi. Gayanya yang memang flamboyan, sering membuat gadis-gadis harus menahan nafas, saat berpapasan dengan teman saya itu. Katanya, gaya berjalan dan tatapan matanya sangat teduh dan memabukkan, sedangkan lambaian tangannya yang kokoh seolah kuat menahan tubuh setiap gadis.

Pokoknya teman saya itu, perfect. Sayangnya, teman saya itu kerap tidak percaya diri. Lantaran kurang percaya diri itulah yang membuatnya kerap kecewa karena lebih sering minta petunjuk kepada orang-orang lain yang tidak kapabel untuk memberikan masukan.

Dengan kata lain, teman saya itu lebih percaya kepada para 'pembisiknya' yang memang cuma bisa membisikkan sederet kata-kata kosong yang tujuannya memang menghibur sekaligus 'menjilat' kuping teman saya itu.

Kalau dibandingkan dengan orang lain yang punya kedudukan hampir sama, maksudnya sama-sama kaya dan terpelajar, teman saya tergolong kurang beruntung. Karena ternyata lebih percaya kepada 'pembisiknya'. Sementara orang-orang lain lebih percaya kepada kemampuan dirinya dan kapabilitas serta keterampilannya sendiri.

Ditempat saya bekerja juga banyak 'pembisik' yang kerjanya tak lebih dan tak kurang hanya sekedar menjadi 'pembisik'.....mau lebih dari itu?? gak mungkin??!! karena untuk bicara saja tidak mampu...bisanya cuma bisik-bisik!!!

...was...wes...wos....was....wes....wos....was...wes...wos...was...was...was...wes....wos....was...was
...was...was(gong)