Rabu, 15 Juli 2009

Diam-diam....

JAPLUN dengan tegas-tegas, menganggap dirinya adalah seorang jurnalis yang hebat. Karena itu, apa yang dia sampaikan kepada atasannya, seringkali tak ubahnya tita yang tidak bisa ditolak si atasan.

Entah karena si atasan yang kelewat bodoh, atau mungkin si atasan memang nggak ngerti apa-apa, sehingga apapun yang disampaikan JAPLUN tak ubahnya masukan yang bisa membuat karirnya terancam atau bahkan yang paling konyol menjadikan jabatannya bisa-bisa melayang jika tidak dituruti.

Padahal, diam-diam JAPLUN sendiri menyusun kekuatan untuk menggulingkan sang atasan, dalam rangka memperbaiki dan menaikkan statusnya, yang hanya sekedar jurnalis biasa. Beberapa petinggi lainnya dihubungi JAPLUN. Lalu dengan lobi-lobinya yang handal, dan keterampilan khususnya dalam hal menjilat, para petinggi itu akhirnya punya sense yang sama tentang atasan JAPLUN. Harus segera diganti....

Tapi apakah si atasan diam saja melihat akrobat JAPLUN??? Tentu saja tidak. Si atasan mulai mengandalkan senioritasnya di perusahaan untuk memperkuat posisi dan menjalin kemitraan lebih dekat dengan sesama petinggi ditingkatannya. Mengunjungi kerumah-rumah para petinggi dengan dalih silaturahmi. Atau mengirimkan makanan sebagai taktik bertanya-tanya tentang kebisaannya memasak.

Pendek kata, si atasan diam-diam juga melakukan pergerakan untuk mengamankan posisinya. "Aku khan lebih senior. Aku berhak mempertahankan posisi yang aku punya sekarang. Tak peduli aku mampu atau tidak, yang pasti aku sudah berjasa pada perusahaan ini," gumam si atasan.

Sementara JAPLUN dengan langkah pongahnya, dalam hati bergumam: "Kalau aku bisa menggeser kedudukannya, aku akan membuktikan bahwa aku lebih mampu. Selama ini aku sudah membuktikan bahwa aku mampu. Aku harus menduduki posisi itu," ucap JAPLUN dalam hati.

Yang lucu, saat si atasan libur atau tidak masuk kantor, JAPLUN datang pagi-pagi ke kantor, kemudian entah mengerjakan apa, dan saat matahari persis diatas kepala, JAPLUN buru-buru pergi meninggalkan kantor dan tidak kembali lagi.
"Bung!! Ayo kerja, itu Pak Gubernur sudah keluar. Motret!!! Motret!!! Kok ngelamun," tegus seorang teman, membuyarkan mimpiku.(gong)

Tidak ada komentar: