17 Agustus. Selalu diwarnai upacara bendera, lomba-lomba. Mulai dari makan kerupuk sampai dengan lari karung. "Ini sebuah tradisi yang wajib dipertahankan!!!" ungkap seorang tokoh muda. Apa benar begitu?? Yang dipertahankan itu lomba-lombanya?? Atau upacaranya?? Atau sekedar jadi pelengkap saja??
Ketika saya masih SD dulu, menjadi petugas upacara bendera, apalagi pada saat upacara 17 Agustusan, bangganya luar biasa. Belum lagi kalau diikutikan dalam anggota Paskibra dikecamatan atau malah ditingkat Kota Surabaya. "Si Bagong, anak saya itu, kemarin jadi pembawa bendera Merah Putih waktu upacara Agustusan di Balai Kota," kata Ibu diantara Ibu-ibu lainnya.
Pak MIMBIK, orang yang paling suka bercerita tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia, dimasa tahun 45 dulu. Tepatnya cerita perjuangan dikampung saya, Wonokitri. Biasanya dengan menggebu-gebu beliau bercerita, pernah dengan gagah berani masuk kedalam tangsi pasukan Belanda hanya untuk mencuri sepotong baju serta satu pak rokok.
"Kalau mau, aku bisa menghabiskan seluruh isi gudang ditangsi itu. Tapi aku lebih memilih mencurinya sedikit demi sedikit, supaya para Belanda itu tidak tahu," katanya dengan penuh semangat dihadapan saya dan teman-teman lainnya yang waktu itu masih usia SD. Bahkan sesekali, kita yang mendengar cerita beliau ikut berteriak: Merdeka!!! Merdeka!!!
Setahun lalu Pak MIMBIK meninggal. Anak dan kerabatnya yang berada di Jakarta, dan beberapa kota besar lainnya di seluruh Indonesia datang kerumah duka. "Bapak minta dimakamkan disebelah Ibu. Itu permintaan terakhirnya dulu," ujar GIMBIK satu diantara putera Pak MIMBIK yang jadi Dokter.
Kawan saya, pernah berkata: "Pokoknya saya akan tetap setia dan mengabdi kepada perusahaan ini. Kalau ada salah-salah di perusahaan ini, wajar. Karena tidak semua kesalahan itu sebuah kesengajaan. Yang penting, saya tetap bisa survive," katanya begitu.
Asssuuuuuu!!! Tapi tetap Merdeka!! Merdeka Rek!!!!(gong)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar