Rabu, 10 Desember 2008
Naluri
Seorang kawan datang menemui saya sambil sedikit bersungut-sungut wajahnya. "Padahal aku mau menolong seorang Ibu yang kebetulan memang terjepit diantara kerumunan ratusan orang itu. Aku juga butuh gambar bagus. Tapi naluri seorang manusia membuat aku mengurungkan niatan memotret, waktu aku melihat Ibu itu minta tolong. Tapi kawan-kawan malah marah, menganggap aku menghalangi mereka mendapatkan foto yang bagus. Kesal aku," ujar kawan saya itu.
Setelah saya coba untuk menenangkannya terlebih dulu dengan segelas es teh, lalu saya baru ngeh, ternyata kawan saya itu, bercerita tentang sikap sesama kawan fotografer yang sedang mengambil momen antrian penerima daging qurban di kompleks Pengadilan Negeri Surabaya. Memang tersiar kabar peristiwa antrian tersebut sempat menimbulkan ricuh. Dengan beberapa orang yang teinjak-injak.
"Apa saya salah kalau menolong Ibu itu. Bayangkan kalau Ibu itu adalah Ibu-ibu mereka sendiri. Tapi sudahlah. Saya sendiri juga gak sempat mendapat momen itu. Biar saja kawan-kawan marah sama saya. Saya juga gak dapat apa-apa kok," sambung kawan saya dengan nada pasrah.
Dilema memang. Mau ambil momen desak-desakan yang mengakibatkan seorang Ibu terinjak-injak, atau menolong terlebih dulu. Dilema ini memang menarik untuk dijadikan bahan diskusi atau sharing dengan kawan-kawan sesama jurnalis. Dalam kondisi tertentu, mana yang harus didahulukan? menolong? atau membuat foto?
"Ya sudah gak usah emosi. Yang penting kamu sudah melakukan sesuai dengan nalurimu. Kawan-kawan yang lain itu juga gak salah karena mereka juga ingin mendapatkan momen yang emosional itu. Tapi masak iya sih mereka marah-marah lantaran kamu menolong Ibu yang terjepit, yang menderita??," tanya saya.
Sebelum kawan saya itu menjawab, buru-buru saya melanjutkan jawaban saya sendiri: "Repot juga ya," ......(gong)
Foto: EDY suarasurabaya.net
Nulis Lagi
Nggak tahu harus nulis apa....tapi keinginan untuk terus menulis selalu tertunda oleh kesibukan sehari-hari. Motret lah, reportase, atau apa saja sehingga membuat saya berhenti menulis.
Kawan saya, BUDI SUGIHARTO mengajak membuat komunitas jurnalis on line. Sebuah tempat untuk saling berbagi, apa saja...informasi, sharing atau persoalan-persoalan yang mungkin dialami kawan-kawan jurnalis di Kota Surabaya.
Mungkin inilah tempat baru untuk berinteraktif zonder tatap muka dan melihat raut wajah yang boleh jadi memang sungguh membosankan. Karena seharian biasanya sudah saling bertemu karena sama-sama dilapangan untuk melakukan reportase. Kalau harus melihat wajah yang sama kembali, rasanya kok eneg juga.
Dengan menyediakan sebuah alamat blog, BUDI SUGIHARTO yang 'juragannya detiksurabaya.com' itu mengajak smeua jurnalis di kota Surabaya, utamanya kawan-kawan jurnalis online untuk saling berinteraktif dalam Komunitas Jurnalis On Line Surabaya, disingkat KJOS.
Jelas ini langkah baru yang memberikan kesegaran bagi jurnalis-jurnalis kota ini untuk saling berbagi. Semoga....(tok)
Senin, 22 September 2008
Berkumpul, Bergerombol....
"Aku bingung memilih dua pilihan yang menurutku sama-sama tidak mengenakkan. Bukan persoalan apa-apa, pilihan itu sama-sama tidak memberikan apa-apa, minimal kepuasan buat aku. Kalau aku kembali tetapi tidak tahu pasti apa yang harus aku kerjakan, percuma. Katanya kawan-kawan yang masih bertahan, sekarang ini memang lebih banyak tidak melakukan apa-apa. Pilihan lainnya, aku diberhentikan lantaran efisiensi. Lho kok....," ujar ADAM.
Sampai saat ini, persoalan ADAM dan persoalan HENDRO memang tepisah. Sengaja tidak disatukan atau memang terpisah yang pasti masing-masing harus dihadapi dan ditindaklanjuti oleh Suarasurabaya Media.
Kalau dulu, dulu sekali, 'eksekusi' terhadap AGUNG, YUSUF KIKI atau yang lainnya, yang sudah terlebih dulu meninggalkan Suarasurabaya Media, sangat smooth, atau boleh dibilang lancar, sekarang tidak.
Untuk ngurusi eksekusi-nya HENDRO 'terpaksa' Suarasurabaya Media harus terekspos media lain. Tapi mungkin itu memang resiko, toh jarang-jarang perusahaan ini diekspos oleh media lain di Kota Surabaya ini.
Lebih dari itu, sebenarnya harus ada kebijakan lebih wise dalam rangka munculnya persoalan-persoalan seperti yang dialami oleh ADAM atau HENDRO atau mungkin kawan-kawan lainnya di Suarasurabaya Media.
Menurut saya, keberadaan lembaga, institusi, perkumpulan, afiliasi, gerombolan atau apapun sebutannya untuk ikut memperjuangkan, menyuarakan atau berposisi sebagai mediator antara para pekerja dengan perusahaan, mutlak, sekali lagi mutlak diperlukan. Bagaimana kawan-kawanku??.(gong)
Rabu, 17 September 2008
Zakat!!!!
zakat!!!
zakat!!!
zakat!!!
zakat!!!
zakat!!!
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........
................mampus!!!!........(gong)
Senin, 15 September 2008
Duka Mendalam
Sabtu, 13 September 2008
Man to Man Marking
Tetapi justru dengan menjatuhkan lawan melalui aksi-aksi yang hanya menguntungkan sepihak. Kalau meminjam istilah jaman pergerakan G 30 September, aksi-aksi sepihak. itu ada dan dilakukan oleh orang-orang tertentu.
"Kemampuan man to man marking -nya hebat. Membuat lawan menjadi tidak berdaya sebelum melakukan perlawanan. Ini luar biasa sekali. Kemampuan menjatuhkan lawan dalam posisi jarak dekat tanpa menggerakkan bagian tubuh. Luar biasa sekali toh!!" kata seorang kawan saya.
Biasanya, istilah man to man marking digunakan dalam sepak bola, ketika seseorang dengan sangat ulet membuat lawannya menjadi tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan menghindar atau berkelit, menengok saja tidak diberi kesempatan.
Lalu, apa hubungannya dengan pencapaian prestasi seseorang?? Dengan kemampuan untuk melakukan man to man marking, seseorang yang memang berambisi untuk menjatuhkan lawan dengan cara-cara keji, sangat memanfaatkan itu......
Segala gerak gerik diawasi, segala aktivitas diteliti, bahkan bila perlu menanyakan kepada kolega lain tentang keberadaan kita. Sebuah cara-cara keji melakukan pembunuhan karakter seseorang.
"Apa komentar kamu kalau seandainya ada orang, kelewat menjengkelkan, terlalu bodoh, tidak santun, tanpa prestasi tetapi selalu beruntung. Dan cilakanya lagi orang itu adalah atasan kamu. Apa yang kamu perbuat???" tanya kawan saya itu.
Saya bingung....Apa ada orang seperti itu???(gong)
Kamis, 11 September 2008
Jangan-jangan....Jangan-jangan
'Kesalahan Berat'
Dalam pertemuan itu, Manajemen Suara Surabaya Media yang diwakili Direktur Umum dan Keuangan ROMI FEBRIANSYAH kembali menegaskan bahwa HENDRO telah terindikasi melakukan aktifitas lain yang bertabrakan dengan core bisnis PT. Radio Fiskaria Jaya Suara Surabaya atau Suara Surabaya Media. “HENDRO punya usaha sejak tahun 2002, sebelum masuk SS, dan itu kami (manajemen SS) anggap sebagai kesalahan berat,” kata ROMI. Karena itulah, Manajemen SS Media mengangap HENDRO layak untuk di-PHK atau mengundurkan diri dari jabatannya.
HENDRO yang dalam perundingan itu didampingi oleh IMAN D. NUGROHO, Sekretaris 1 AJI Surabaya hanya tersenyum, sembari meminta ROMI menjelaskan apa definisi kesalahan berat yang bertabrakan dengan core bisnis SS Media itu. “Apa saya membuat lembaga broadcasting baru, karena secara legal formal, core bisnis SS Media adalah radio Suara Surabaya?” tanya HENDRO.
ROMI tergagap. “Bukan itu, tapi lembaga penerbitan,” jawab ROMI sembari menjelaskan bahwa keputusan itu diambil setelah tiga direksi SS Media, ERROL JONATHANS, WAHYU WIDODO, GATI IRAWARMAN, HERRU SHOLEH dan ROMI sendiri.
Jawaban ini tergolong “aneh”. Keanehan pertama adalah “pelanggaran berat” yang dituduhkan ke HENDRO tidak terdifinisi dengan pasti. Termasuk jenis media apa yang pernah diterbitkan dan dianggap bertabrakan dengan core business SS Media. Apalagi dalam sejarahnya, PT. Radio Fiskaria Jaya Suara Surabaya yang mengudara sejak 11 Juni 1983 ini dalam perkembangannya “hanya” melebarkan sayap pada dunia broadcasting dan online (SuaraSurabaya.net) semata. Kalau toh ada media massa jenis cetak, bernama Majalah Mossaik, sudah berhenti terbit pada pertengahan 2006.
“Pertanyaan saya belum terjawab, mana core business yang saya langgar? Apakah saya punya radio baru, atau punya radio dengan portal berita baru atau mendirikan majalah seperti Mossaik?” tanya HENDRO. Lagi-lagi ROMI tergagap. ROMI tetap bersikukuh bahwa “pelanggaran berat”, sesuai keputusan direksi SS Media telah terindikasi dilakukan HENDRO. “Mungkin kita berbeda persepsi, karena itulah SS Media membawa kasus ini ke Disnaker Surabaya,” jelasnya.
Sementara itu, IMAN D. NUGROHO yang diberi kesempatan bicara menekankan adanya penyelesaian yang adil dalam kasus SS Media –HENDRO D. LAKSONO. IMAN menyayangkan ketidakhadiran dua direktur lain yang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah ini. “Kalau Direktur Operasional ERROL JONATHANS dan Direktur Marketing WAHYU WIDODO bahkan Direktur Utama SUTOJO SOEKOMIHARDJO hadir, mungkin persoalannya jadi lebih cepat menemukan solusi,” kata IMAN.(dari AJI Surabaya)
Rabu, 10 September 2008
Bukan Pengambil Keputusan
Maksud saya, HENDRO yang didampingi IMAN DWIANTO dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, harus dihadapkan dengan sosok yang mewakili manajemen Suarasurabaya Media, namun tidak sedikitpun punya kewenangan untuk membuat keputusan.
Rasanya seperti berbicara dengan batu atau tembok, karena tidak ada timbal balik yang menyiratkan sebuah kemajuan. "Namanya saja pertemuan Bipartit. Paling tidak terjadi dialog disitu. Bukan malah hanya satu arah saja. Ini nggak bermanfaat. Hanya sekedar memenuhi ketentuan saja," kata IMAN waktu saya tanya.
Pada pertemuan sebelumnya, jajaran 'orang penting' Suarasurabaya Media hadir menghadapi HENDRO yang didampingi AJI Surabaya dan LBH Surabaya. Dari pertemuan itu diisyaratkan bakal digelar lagi pertemuan serupa. Tapi ternyata pertemuan yang dijadwalkan berlangsung Rabu (10/09) petang itu hanya dihadiri ROMMY FEBRIANSYAH Direktur Administrasi....Obligasi...Intervensi....Provisi....entahlah apa lagi....soalnya saya juga baru dengar jabatan Direktur Administrasi etc,etc,etc....itu.
Pertanyaan saya, kemana jajaran 'orang-orang penting' itu? Apakah untuk mengeksekusi HENDRO cukup dengan menunjuk ROMMY? Kalau benar suarasurabaya media tidak pernah memecat orang atau karyawannya, tetapi membuat orang atau karyawannya seolah bukan manusia yang layak dan patut untuk diorangkan adalah pilihan sah atas penolakan sebuah pemecatan tadi??
Tiba-tiba perut saya muleeessss........(gong)
Senin, 08 September 2008
Jl. Keputran
"Disini, ada gedung bioskop. Diujung belokan sana juga ada gedung bioskop. Didepan ini, deretan ini, ada toko-toko, berbagai barang ada. Dan dipojok sana dekat Jl. Urip Sumoharjo persis menuju kawasan ini, ada hotel Olympic. Kawasan ini selalu ramai. Apalagi kalau akhir pekan. Ramaiiii....," ujar laki-laki yang baru saya kenal siang itu.
Umurnya lebih 60 tahun, kerut wajahnya, terlihat jelas. Rambutnya yang dibiarkan panjang, sebahu, sudah memutih. Pakaiannya yang serba putih mengingatkan saya pada seorang kawan seniman yang juga suka mengenakan pakaian serba putih, meski rambutnya masih hitam legam.
Sesekali matanya menerawang ke ujung jalan. Sejurus kemudian laki-laki bermata sipit ini menghisap kretek ditangannya dalam-dalam. Lalu menghembuskan asap putih itu keudara. Nikmat sekali sepertinya. "Sekarang, semuanya sudah berubah. Dua gedung bioskop itu sudah tidak ada. Deretan toko-toko kelontong disana juga tidak ada. Kalaupun ada, itu hanya sekedar bertahan dan meneruskan warisan leluhur mereka," katanya.
Sebentar lagi, masih kata laki-laki berambut putih dan bermata sipit itu, mungkin bangunan-bangunan lama yang ada di Jl. Keputran bakal rata dengan tanah. Tidak ada lagi rumah benteng milik keluarga Hong, atau toko kelontong dan agen minyak tanah keluarga Tan. Semuanya pasti akan hilang.
"Kalau memang tidak bisa dipertahankan lagi, apakah harus dihilangkan? Khan masih bisa direkonstruksi, diperbaharui, atau dibangun ulang. Tapi itu juga tergantung pada mereka yang mengambil keputusan," kata laki-laki bermabut putih, bermata sipit yang siang itu mengenakan pakaian serba putih.
Saya tercenung sesaat. Apakah kalau tidak berguna harus dihilangkan?? Pertanyaan itu terus terngiang ditelinga saya.(gong)
Kamis, 04 September 2008
Prestasi Kerja
Rabu, 03 September 2008
JOMAN vs GATMAN
Apakah yang seseorang lakukan itu nantinya membuat orang lain merasa nyaman, merasa senang, atau apapun sebutannya, mungkin tidak jadi persoalan. "Apa yang kamu lakukan itu membuat saya tersinggung. Saya atasan kamu, tetapi kamu berbuat semaumu sendiri. Lalu saya kamu anggap apa?" kata GATMAN.
JOMAN garuk-garuk kepala, meski tak gatal,mendengar hardikan bos-nya itu. "Apa salahku? Apa aku mesti jadi penurut? Seperti kambing congek? Persoalan profesi sudah aku lakukan dengan benar dan sesuai prosedur. Kalau aku disalahkan, lalu salahku apa?" gumam JOMAN dalam hati.
Sembari terkekeh dan menyembunyikan wajahnya, GATMAN bergumam sendiri: "Anak buah harus dibikin seperti itu. Ditekan, dipressing, dibuat nurut, kalau tidak mau, sikat!! Langsung potong!! Jangan sampai kalah wibawa!!!".
Memang itu lebih pada previlage seorang pimpinan. Tetapi menggunakan cara-cara tidak mendidik dan cuma didasari semangat tidak mau kalah, serta sentimen pribadi, rasanya berat juga. Tapi kalau dasarnya, orangnya memang seperti itu, nggak terbuka dan nggak bisa diajak bermain cantik,....Asuuuu !!!(gong)
The Last Supper...
HENDRO, Cak ANIS, Kawan Saya
Saatnya Kebenaran Itu Muncul
Dalam pertemuan itu, HENDRO akan ditemani oleh AJI Surabaya dan LBH Surabaya. Sementara SS Media akan diwakili oleh tim Kuasa Hukum dan ROMMY FEBRIANSYAH Direktur Umum & Administrasi (lho??? ada toh jabatan ini???....). Seperti diketahui Majalah Mossaik bernaung di bawah manajemen SS Media yang juga mengelola radio Suara Surabaya FM.
Seperti diberitakan sebelumnya, sengketa perburuhan antara HENDRO dan SS Media ini berawal dari keinginan SS Media mem-PHK HENDRO dengan alasan tindakan tidak profesional (mendirikan perusahaan di dalam perusahaan). HENDRO menolak tuduhan sepihak dan semena-mena itu, dan meminta SS Media mem-PHK dengan alasan tutupnya Majalah Mossaik. Ganti SS Media yang bersikukuh pada pendiriannya. SS Media kemudian melaporkan kasus ini ke Disnaker Surabaya.
Di dampingi AJI Surabaya dan LBH Surabaya, HENDRO yang sempat diskors oleh SS Media itu meladeni keinginan SS Media untuk menyelesaikan kasus ini melalui Disnaker. Sengketa perburuhan di SS Media memang bukan kali pertama terjadi. "Semoga ini yang terakhir dan tidak ada lagi sengketa perburuhan untuk teman-teman saya di SS Media maupun di perusahaan lain yang memposisikan buruh dengan tidak adil," kata HENDRO.(gong)
Selasa, 02 September 2008
Was...Wes...Wos...
Pokoknya teman saya itu, perfect. Sayangnya, teman saya itu kerap tidak percaya diri. Lantaran kurang percaya diri itulah yang membuatnya kerap kecewa karena lebih sering minta petunjuk kepada orang-orang lain yang tidak kapabel untuk memberikan masukan.
Dengan kata lain, teman saya itu lebih percaya kepada para 'pembisiknya' yang memang cuma bisa membisikkan sederet kata-kata kosong yang tujuannya memang menghibur sekaligus 'menjilat' kuping teman saya itu.
Kalau dibandingkan dengan orang lain yang punya kedudukan hampir sama, maksudnya sama-sama kaya dan terpelajar, teman saya tergolong kurang beruntung. Karena ternyata lebih percaya kepada 'pembisiknya'. Sementara orang-orang lain lebih percaya kepada kemampuan dirinya dan kapabilitas serta keterampilannya sendiri.
Ditempat saya bekerja juga banyak 'pembisik' yang kerjanya tak lebih dan tak kurang hanya sekedar menjadi 'pembisik'.....mau lebih dari itu?? gak mungkin??!! karena untuk bicara saja tidak mampu...bisanya cuma bisik-bisik!!!
...was...wes...wos....was....wes....wos....was...wes...wos...was...was...was...wes....wos....was...was
...was...was(gong)
Jumat, 29 Agustus 2008
SARAH AZHARI
"Menyantuni dan mengajak anak-anak yatim piatu berbuka puasa, memberikan sedikit kebahagiaan kepada mereka, rasanya bagus juga kita lakukan. Bisa patungan, atau silahkan gimana mekanismenya. Yang penting, kita melakukan sesuatu," ujar seorang kawan saya.
Saya yang tidak pernah mengerti persis, dan tak bisa menjelaskan secara tepat makna dari puasa itu, kadang cuma berandai-andai: Kalau saja bulan puasa atau Ramadhan itu terjadi terus menerus, sepertinya dimana-mana orang akan berlomba-lomba berbuat kebajikan.
Kalangan artis, selebritis (yang saya baca dan dengar dari saluran infotainment, dan situs asoyyy...) berlomba pergi umroh ke Arab. Atau berencana menggelar buka puasa bersama kaum dhuafa, dan menyiapkan dana luar biasa. Dan sederet kegiatan lainnya, dalam rangka menumpuk amalan di bulan puasa. Padahal, dihari-hari biasa, beberapa selebritis itu, kerap tertangkap basah sedang menikmati narkoba untuk memompa stamina.
Sedangkan artis-artis perempuan, yang biasa tampil mengumbar sebagian paha, dan belahan dada, rame-rame menutup aurat. "Kasihan SARAH AZHARI. Tahun ini, disaat menjelang bulan ramadhan, dia sibuk sekali. Terpaksa harus keluar masuk butik dan mall, serta toko-toko, dalam rangka mencari kerudung dan pasmina. Toko-toko yang pernah dia masuki ternyata tidak menyediakan yang bisa menutup keseluruhan tubuh bagian atasnya," ujar kawan saya yang jadi jurnalis saluran infotainment di Jakarta.
Baiklah kawan...apakah SARAH AZHARI sudah menemukan kerudung atau pasmina yang mampu menutup tubuh bagian atasnya, ...saya juga masih menunggu kabar dari kawan saya di Jakarta.
Menyambut Ramadhan 1429 H, saya sampaikan:
.....pinggan perak sungguh gemilang
antik cawan dari pangeran
syaban lekang ramadhan menjelang
patik mohon maaf kepada tuan dan puan.....
(jikalau tuan dan puan tiada berpuasa, patik pun tetap mohon maaf)
Sepurane Cuk!!!(gong)
Kamis, 28 Agustus 2008
Hidup Lontong Mie!!!
Ketika saya kecil, paling takut dengan badut atau model-model boneka besar seukuran orang dewasa. Entah kenapa. Tapi kemudian jadi berbalik lebih 360 derajat, justru kemudian saya selalu terobsesi untuk menghajar bentuk-bentuk 'badut' seperti itu.
Sekarangpun, saya selalu merasa ingin memukul dan menghajar 'badut-badut' itu. Badut-badut itu hanya bisa menyenangkan orang-orang yang membayarnya. Menipu dan merongrong dalam rangka meraih sebuah pujian.
Badut sialan!!!
Lalu sejenak saya berpikir, barangkali memang cuma itu yang bisa dilakukan 'badut-badut' itu. Dan memang itulah yang ada dibenaknya. Membuat senang para ndoro tuan, memuja-muja sang tuan, dan yang paling konyol.... yang paling konyol.... sekali lagi yang paling konyol: adalah menawarkan lontong mie.... (Mas IWAN dan Pak BAMBANG boleh puas tertawa...Hidup lontong mie!!! Hidup lontong mie!!!).(gong)
Selasa, 26 Agustus 2008
Njajan Pentol
"Aku motret kekerumunan anak-anak yang sedang membeli pentol. Tiba-tiba sipenjual bertanya, kenapa dirinya dan anak-anak yang sedang menikmati jajanan itu dipotret. Aku terangkan, ini untuk ilustrasi reportase. Sipenjual pentol marah tak mau dipotret," cerita kawan saya yang fotografer itu.
Akhir kisah, kawan saya itu sudah berhasil memotret setelah terlebih dulu harus meyakinkan sipenjual jajanan bahwa foto yang bakal tampil dikoran tempatnya bekerja itu tidak akan menurunkan omset jajanan pentol-nya.
"Tapi yang bikin aku bingung Cak, justru pihak sekolah menelepon kekantor dan tidak terima foto siswanya yang sedang asik menikmati pentol itu ditampilkan. Katanya sih, bisa menurunkan kredibilitas. Bingung aku Cak," sambung kawan saya, sambil memegangi rambut keritingnya.
Meski tidak sampai dipecat atau diskorsing, kawan saya itu sempat diajak diskusi oleh redaktur foto, dan redaktur kota. "Aku masih bingung Cak," tambah kawan saya itu. Apa karena tidak minta izin dulu, kesekolah karna memotret siswanya? Padahal siswa yang dipotret itu, sedang berada diluar lingkungan sekolah? Kredibilitas apa yang bakal turun? Apakah karena performance asli anak-anak yang njajan pentol itu bisa menurunkan kredibilitas?
Saya sendiri juga bingung...apa sih korelasi antara performance dan hasil karya? Apa kalau performance-nya bagus, rapi, sopan, selalu menghasilkan karya yang bagus? Menghasilkan produk yang sesuai keinginan perusahaan? Apakah dengan performance yang tidak umum, kemudian sebuah kredibilitas itu menjadi turun? Kok rasanya enggak ada korelasi sama sekali...barangkali cuma orang-orang yang memang gak punya kapasitas serta kapabilitas yang masih harus memikirkan dan memperhitungkan itu.
Rasanya orisinalitas dan keberanian mengekspresikan ide, justru kebutuhan masa depan yang harus dipertahankan dan dimiliki para pekerja profesional...(gong)
Senin, 25 Agustus 2008
Kok Bisa Ya....
Agak siang, ketika saya kembali dari luar kantor untuk reportase atau memotret, orang itu saya temui dan lihat masih berada dimeja panjang belakang kantor. Kali ini, orang itu, entah apa yang diperbincangkan dengan kawan-kawan lainnya, terlihat tertawa terbehek-behek sambil memamerkan giginya yang kurang menarik.
Sore, saat saya sudah kecapekan dan membuang energi dibeberapa tempat diluar kantor, orang itu masih berada dimeja panjang belakang kantor, tetapi dengan pemandangan yang berbeda. Saat sore menjelang malam, orang itu ngobrol dengan beberapa petinggi perusahaan tempat saya bekerja.
Kalau kawan-kawan didivisi marketing, selalu dibebani target dan analisa pasar yang ketat, itu memang sebagian dari pekerjaan mereka. Tapi, orang itu punya jabatan tinggi diperusahaan tempat saya bekerja. Harusnya juga punya tanggung jawab serta target sasaran yang jelas, bahkan mungkin harus mampu membuat planning-planning bermutu.
"Dia itu bekasnya informan Polisi" kata seorang kawan. Waduuuhhh...benarkah? Dalam hati, saya cuma bisa berucap: Kok bisa ya, bekas informan Polisi, jadi karyawan perusahaan media tempat saya bekerja? Jabatannya sekarang General Manager.
Kalau saja saya bisa berhadap-hadapan langsung dan berperkara dengan orang itu....sayangnya saya tidak bisa....keburu muntah ketika melihat wajahnya....atau jadi mules dan pengen buang air besar saat melihat wajahnya....kayak jamban!!!! (Kamu harus tertawa JO!!!).(gong)
Minggu, 24 Agustus 2008
Ketemu Batunya...
Uniknya, surat Disnaker bernomor 560 itu menuliskan "Sdr. Hendro D. Laksono, dkk", sebagai pihak ke-2 yang berselisih. "Ini yang membingungkan saya, mengapa Disnaker menilai saya dan kawan-kawan (diwakili dengan singkatan "dkk" yang tertulis dala surat itu), apakah ada kawan lain yang akan bernasib seperti saya," kata HENDRO. Lebih jauh HENDRO mengatakan, sebagai bagian dari upaya menghormati proses hukum, dia akan menghadiri undangan Disnaker tersebut.
Sementara itu, ATHOILLAH dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya mengatakan, bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, pihaknya akan terus mengawal proses kasus perburuhan ini. Karena hal ini sekaligus menjadi upaya mengawal kasus perburuhan dengan adil sesuai hukum. "Kalau bukan buruh yang mengawal kasus ini, lalu siapa lagi, untuk itu kita harus mengikutinya, dan berharap ada keadilan di dalamnya," kata ATHOILLAH.
Melalui surat itu Disnaker Surabaya menawarkan kepada dua pihak yang bersengketa untuk memilih dua solusi, Konsiliator atau Arbiter. Sesuai dengan pasal 4 ayat (3) Undang-undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI). "Apa pilihan Hendro, tetap kami dukung," kata ATHOILLAH.
Sejak kasus sengketa perburuhan HENDRO D. LAKSONO dan Suara Surabaya Media mencuat, AJI Surabaya mendapatkan berbagai dukungan dari dalam dan luar negeri, melalui email. Sebagian besar dari email itu meminta Hendro D. Laksono untuk menjaga energi, karena kasus perburuhan selalu berhadapan dengan berbagai kendala. "Yang paling parah adalah tidak adanya mainset dukungan terhadap buruh," tulis salah satu email itu.
Sebelumnya, Suara Surabaya Media juga mengirim surat ke Hendro perihal perpanjangan masa skorsing. Dalam surat yang ditandatangani oleh Direktur Umum Administrasi ROMMY FEBRIANSYAH itu, HENDRO yang seharusnya mulai bekerja kembali pada 19 Agustus 2008 ini, "dipaksa " untuk kembali menerima skorsing hingga ada proses penyelesaian mediasi dari Disnaker. "Apapun itu, Saya akan tetap menghormati rules of the game. Yang Saya khawatir, justru nasib teman-teman Saya yang sampai sekarang masih bekerja di sana (Suara Surabaya Media). Jangan sampai merasakan apa yang saya rasakan,.." kata HENDRO.(ngutip AJI Surabaya)
Senin, 18 Agustus 2008
Gapura Perjuangan
Yang menarik, ada gambar Bung TOMO bersama Istri sedang duduk diatas sebuah pelaminan sederhana, dikelilingi sejumlah bocah-bocah, yang ingin pamer wajah dan senyum malu-malu. gaya khas potret masa silam.
"Saya nggak tahu ini gambarnya darimana. Tapi yang pasti bersejarah. Difoto itu sendiri memang seperti aslinya. Kami ingin mengingatkan masyarakjat serta generasi muda bahwa pejuang selalu sederhana dan tidak pernah tampil mewah. Juga Bung TOMO. Sederhana," ujar JUMHUR ketua RT di Gubeng Masjid.
Disaat masyarakat tengah berupacara untuk HUT ke 63 Kemerdekaan Republik Indonesia, kesederhanaan mungkinkah menjadi sesuatu yang tidak dikenali lagi??(gong)
Minggu, 17 Agustus 2008
Merdeka, Rek!!!
17 Agustus. Selalu diwarnai upacara bendera, lomba-lomba. Mulai dari makan kerupuk sampai dengan lari karung. "Ini sebuah tradisi yang wajib dipertahankan!!!" ungkap seorang tokoh muda. Apa benar begitu?? Yang dipertahankan itu lomba-lombanya?? Atau upacaranya?? Atau sekedar jadi pelengkap saja??
Ketika saya masih SD dulu, menjadi petugas upacara bendera, apalagi pada saat upacara 17 Agustusan, bangganya luar biasa. Belum lagi kalau diikutikan dalam anggota Paskibra dikecamatan atau malah ditingkat Kota Surabaya. "Si Bagong, anak saya itu, kemarin jadi pembawa bendera Merah Putih waktu upacara Agustusan di Balai Kota," kata Ibu diantara Ibu-ibu lainnya.
Pak MIMBIK, orang yang paling suka bercerita tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia, dimasa tahun 45 dulu. Tepatnya cerita perjuangan dikampung saya, Wonokitri. Biasanya dengan menggebu-gebu beliau bercerita, pernah dengan gagah berani masuk kedalam tangsi pasukan Belanda hanya untuk mencuri sepotong baju serta satu pak rokok.
"Kalau mau, aku bisa menghabiskan seluruh isi gudang ditangsi itu. Tapi aku lebih memilih mencurinya sedikit demi sedikit, supaya para Belanda itu tidak tahu," katanya dengan penuh semangat dihadapan saya dan teman-teman lainnya yang waktu itu masih usia SD. Bahkan sesekali, kita yang mendengar cerita beliau ikut berteriak: Merdeka!!! Merdeka!!!
Setahun lalu Pak MIMBIK meninggal. Anak dan kerabatnya yang berada di Jakarta, dan beberapa kota besar lainnya di seluruh Indonesia datang kerumah duka. "Bapak minta dimakamkan disebelah Ibu. Itu permintaan terakhirnya dulu," ujar GIMBIK satu diantara putera Pak MIMBIK yang jadi Dokter.
Kawan saya, pernah berkata: "Pokoknya saya akan tetap setia dan mengabdi kepada perusahaan ini. Kalau ada salah-salah di perusahaan ini, wajar. Karena tidak semua kesalahan itu sebuah kesengajaan. Yang penting, saya tetap bisa survive," katanya begitu.
Asssuuuuuu!!! Tapi tetap Merdeka!! Merdeka Rek!!!!(gong)
Jumat, 15 Agustus 2008
HENDRO. Sebuah Prototype
Meski kabar itu masih belum jelas benar, tetapi paling tidak, itu sebuah propaganda bagi orang lain, bagi kawan-kawan lain di M-Comm, atau lebih luas lagi di Suarasurabaya Media, yang agaknya bisa jadi mengendorkan semangat mereka yang punya keinginan mendapatkan 'lebih' dari sekedar pekerjaan di Suarasurabaya Media.
"Itu akibatnya, kalau kamu menerima side job lain dari luar. Jangan sekali-kali mencoba itu, nanti bisa jadi seperti HENDRO nasibmu. Diskorsing, sak kepenake udele dewe sih! itu khan merugikan perusahaan. Kenapa kok gak pilih jalan aman saja, wis gak usah macem-macem lah," ujar GIMBIK setengah mencibir.
Saya cuma diam. Apa iya, menerima side job itu diharamkan di Suarasurabaya Media?? Kalau ditelisik lebih detil, dan ditelusuri agak panjang, menerima pekerjaan sampingan, atau apapun istilahnya, di Suarasurabaya Media itu dilakukan dan dipraktekkan oleh banyak orang. Nggak cuma jajaran karyawan. yang lebih tinggi dari karyawan juga ada.
Menjadi pengajar, menerima job ngemsi (MC), atau memberikan diklat, itu khan juga side job. "Lho yang penting itu laporan keatasan, dan side job nya itu tidak berbenturan dengan core business-nya perusahaan. Ngemsi mantenan khan beda dengan siaran, menjadi pengajar khan beda dengan kerja diruang siaran," tambah GIMBIK.
Mungkin HENDRO ketika menerima pekerjaan sampingan itu tidak laporan terlebih dulu keatasannya. Akhirnya HENDRO diperpanjang skorsingnya. Entah karena side job yang diterimanya itu tidak dilaporkan keatasannya? Atau karena menerima pekerjaan sampingan itu haram?
Jangan-jangan, diantara ketidak jelasan ketentuan, aturan, fatwa atau undang-undang ketenagakerjaan di lingkup Suarasurabaya Media yang sudah berusia 25 tahun itu, HENDRO dikorbankan sebagai prototype 'orang-orang yang mencoba tetap lurus dan menolak tunduk' pada rancangan kemapanan dan ketenteraman dibalik tumpukan sampah dibawah meja??.(gong)
ALI SADIKIN & Pak Camat
"Barangkali yang paling menyedihkan ketika Bapak akan berangkat menghadiri sebuah undangan pernikahan, tetapi tiba-tiba saja batal. Padahal Bapak sudah berpakian rapi dan segera meluncur. Tiba-tiba telpon berbunyi meminta agar Bapak tidak datang keundangan itu. Rasanya sedih sekali barangkali ya," tutur BOY BERNARDI SADIKIN putera ALI SADIKIN.
Pilihan hidup lurus dan keras serta tanpa kompromi yang dipilih seorang ALI SADIKIN ternyata punya dampak bagi anak keturunannya. Untuk sebuah proyek, atau sekedar kredit dengan perbankan, BOY BERNARDI SADIKIN terpaksa menghapus nama belakangnya, agar kredit lolos dan dapat proyek.
Rasanya tak hanya itu, sikap lurus dan keras yang ditunjukkan Bang ALI demikian biasanya sosok ALI SADIKIN biasa disapa, yang pernah dirasakan anak-anaknya. BENYAMIN SADIKIN putera ALI SADIKIN yang lainnya, malah sempat diusir sang bapak saat bermain-main kekantornya diBalai Kota Jakarta kala itu.
"Saya malah diusir sama Bapak. Ini tempat kerja! Ada apa kemari!! Mau bantu kerja? Kalau nggak pulang sana!! Gitu Bapak bilang," cerita BENYAMIN SADIKIN.
Sekarang, jangankan anak Gubernur, keluarga setingkat Camat saja sudah bukan main 'kekuasannya' akan hak dan segala kebutuhan demi diri sendiri. Menikmati mobil fasilitas pemerintah, menambah jumlah pundi-pundi tabungan dan deposito. Bahkan bila perlu menambah berbagai fasilitas demi keluarga, anak dan kerabat sendiri juga jadi tren dikalangan mereka.
Inikah setelah 63 tahun kita merdeka? Inikah produk terdahsyat para pejabat dinegeri ini? Inikah trenseter yang wajib dilakukan abdi negara guna meningkatkan taraf hidupnya? Tapi tanpa memperdulikan rkyat? Membiarkan rakyat antri minyak tanah? Membiarkan rakyat menunggu berjam-jam untuk sekedar mendapatkan minyak goreng 5 liter?
"Ini bukan kutukan. Ini juga bukan atas kehendak Allah. Kita sendiri, bangsa ini sendiri yang merusaknya. Sehingga rakyat menderita!! ujar Bang ALI.(gong)
Kamis, 14 Agustus 2008
Perempuan Itu...
"Aku memang serigala!! Aku ular beludak!!! Aku memang khianat cinta!!!"
"Sedikitpun tak pernah kau berikan aku kebebasan, sedikit saja. Selalu kau gunakan alasan Cinta untuk melarangku melakukan apa yang aku suka. Aku butuh kebebasan. Aku tak suka dikekang!! Aku minta kebebasanku!!! Yang penting aku sudah membuatmu berpeluh dan berpejah dalam kenikmatan cinta. Apa itu kurang??"
"Aku memang serigala!! Aku ular beludak!!! Aku memang khianat cinta!!!"
.....praaaanggg.....
Suara gelas pecah terdengar lumayan keras ditengah malam dalam laboratorium dilantai 3 RKZ. Saya tertegun sejenak. Mencoba membuka mata....lalu melihat sejurus darimana suara itu datang. Ternyata seorang suster menumpahkan segelas kopi panas milik rekannya, sekalian memecahkan gelas yang jatuh itu.
Bangkit berdiri, lalu saya menuju toilet untuk cuci muka. Menunggu hasil laboratorium, tes darah 'orang tercinta'. Saya cuma terdiam. "Aku memang serigala!! Aku ular beludak!!! Aku memang khianat cinta!!!".(gong)
Nekad Ikut Lomba
Inilah pertamakalinya saya ikut lomba. Untuk memperingati HUT ke 63 Kemerdekaan Republik Indonesia. Lomba membuat minuman campuran tanpa alkohol. Kawan-kawan jurnalis, menyemangati keikutsertaan saya dalam lomba itu. Sungguh mengharukan....(Biasanya, saya lebih piawai membuat cocktail daripada mocktail).(gong)
Rabu, 13 Agustus 2008
Industri Komunikasi Tanpa Komunikasi
Seringkali, industri ini menyuarakan demokratisasi, kebebasan menyampaikan ide, menyuarakan kebenaran itu, menjadi ambigu. Tetapi seringkali juga mereka yang berjuang dirana itu harus berhadapan dengan 'tembok-tembok' aturan berkedok demi stabilisasi.(kok seperti zaman rejim SUHARTO ya).
Kawan-kawan yang entah tidak tahu, tidak mau tahu, atau hanya tahu sedikit saja, sebenarnya punya hak untuk dapat membela diri sendiri atau dengan mendapat bantuan dari siapa saja, jika suatu ketika berhadapan dengan persoslan-persoalan yang muncul lawan industri tempatnya berkarya.
"Itulah pentingnya punya serikat pekerja, perkumpulan karyawan, atau organisasi pekerja, atau apapunlah namanya. Kita bisa mendapatkan perlakukan sebagai pekerja dengan profesionalitas. Dan bukan sekedar pekerja yang diminta setia kepada institusi tetapi tidak diberikan kebebasan untuk melakukan ekspresi dan menyampaikan ide-ide. Itu pengekangan, seperti masa devide et impera," tutur IMAN D. NUGROHO orang AJI.(gong)
Jurnalis SS Media Terancam PHK
Dalam siaran pers AJI Surabaya yang diterima, Selasa (12/8/2008), mulai 19 Juli 2008 hingga 18 Agustus 2008, HENDRO diskorsing sembari menunggu sanksi dari perusahaan atas 'pelanggaran' yang dituduhkan kepadanya.
HENDRO masuk Suara Surabaya Media (SS Media) sekitar bulan Juli-Agustus Oktober dan diminta untuk membangun dan mengembangkan sebuah majalah Mossaik yang terbit perdana pada Desember 2002. HENDRO menjabat sebagai Manager/Chief Editor.
Sayangnya, kondisi bisnis Mossaik tak memperlihatkan perkembangan positif. Seperti dilansir AJI Surabaya, hingga pada Februari-Maret 2006, Suara Surabaya Media mempersiapkan majalah baru Surabaya City Guide. Mei 2006, wacana penutupan Mossaik mulai muncul, ketika ERROL JONATHANS (Direktur Operasional) memanggil HENDRO dan menyatakan akan menutup Mossaik karena alasan bisnis yang bermasalah (merugi).
Padahal jauh sebelumnya, Majalah Mossaik malah sering dihadapkan pada pemahaman bahwa produk ini tidak memiliki beban profit 100%. Karena Majalah Mossaik diposisikan sebagai proyek idealis SS Media yang berorientasi pada pencitraan.
Januari 2007, Suara Surabaya Media meluncurkan EastJava Traveler (EJT), sebuah majalah hasil kerja sama SS Media dengan Disparta Jatim di bawah Mossaik Media Communication atau M-COMM. Produk yang diharapkan bisa berkibar ini pun akhirnya berhenti terbit.
Masuk tahun 2008, tepatnya pada pertengahan tahun, isu pemecatan kru Mossaik mulai muncul. Beberapa tim Mossaik ditanggil secara bergiliran, karena ada isu aktifitas side job yang dikerjakan oleh kru Mossaik. Meskipun tidak terbukti. Hendro pun bernasib sama. Hendro dituduh membuah lembaga baru yang 'bertabrakan' dengan M-COMM.
HENDRO bersikukuh jika tudingan itu tak berdasar. "Saya sudah melibatkan LBH dan AJI sebagai konsultan hukum. Mereka sementara ini sebatas masih memberi masukan saja," kata HENDRO. Pada sidang tanggal 19 Juli 2008 dengan HRD SS Media serta GM M-COMM, dirinya dituduh melakukan aktivitas yang sama dengan pekerjaan saya di SS Media, tambahnya.
"Saya ditawari memilih PHK atau mengundurkan diri. Kalau PHK saya minta sejak dulu, cuma alasannya bukan pelanggaran integritas. Tapi memang saat itu Mossaik tutup," ungkap HENDRO.
Padahal, kata HENDRO, usaha konsultan media yang dirintisnya itu sudah berdiri pada tahun 2002 (akta notaris), empat tahun sebelum M-COMM berdiri. "Jadi saya merasa tidak melakukan pelanggaran apapun. Apalagi, sejak masuk buan Juli atau Agustus tahun 2002 hingga sekarang, atribut yang dibebankan pada saya adalah Chief Editor Majalah Mossaik, bukan manajer M-COMM," tegas HENDRO.
Direktur Umum Administrasi SS Media ROMI FEBRIANSYAH membenarkan jika HENDRO telah diskorsing karena melakukan pelanggaran berat. "Sudah diskorsing. Karena ada pekerjaan yang sama dengan bisnis kita di SS Media. Kasus ini sudah diserahkan ke Disnaker untuk mediasi. Ini pelanggaran yang berat. Kita tunggu keputusan disnaker apapun itu," kata ROMI.(tok)
Miss Kadaluwarsa Sukses Di Surabaya?
“Dari catatan awal kami, sekurangnya 570 seat sudah terisi semua. Itu artinya tiket pertunjukan hari pertama Miss Kadaluwarsa di Kota Surabaya, sold out,” kata IWAN mewakili manajemen Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Dance Company.
Bahkan untuk memenuhi keinginan penonton dan penikmat pertunjukkan teater di Kota Surabaya, panitia menambah seat beberapa baris sesuai keinginan penonton dihari pertama pertunjukan.
“Kita berterimakasih sekali kepada partisipasi penonton. Sebenanrnya, diawal kami tidak yakin dfan kurang percaya diri dengan animo penonton di Kota Surabaya. Ternyata, sangat luar biasa,” tambah IWAN pada suarasurabaya.net, Rabu (13/08).
Untuk kesekian kalinya, EKI Dance Company menampilkan produksinya yang berjudul Miss Kadaluwarsa. Bercerita tentang perempuan dengan keyakinannya yang memilih tanpa menikah, dan harus menghadapi lingkungannya yang kaku, mampukah dia?
Dimeriahkan SARAH SECHAN, TIKA PANGGABEAN, ULI HERDINANSYAH, TAKAKO LEEN dan sejumlah bintang lainnya, Miss Kadaluwarsa sebelumnya sukses dihelat di Jakarta selama 7 kali pementasan. Mampukah sukses itu dibawa ke Surabaya?.(gong)